pinterest
AL-JABBAR
(Yang Kehendaknya
Tidak Diingkari)
Kata “Jabbar” diulang Al-Qur’an sebanyak 10 kali, dan hanya
dalam satu kata ini dijadikan sebagai sifat Allah Swt.
Makna Kebahasaan
Al-Jabbar
Al-Jabbar terambil
dari kata yang terdiri dari tiga huruf yaitu: jim, ba, dan ra, yang mengandung makna “keagungan”, “ketinggian”,
dan “istiqamah”. Secara bahasa, ia juga bisa berasal dari kata al-ijibar yang berarti “memaksa”.
Menurut Ibnu faris, Al-Jabbar
artinya “Yang Perkasa”. Misalnya, kuda yang perkasa disebut dengan farasun jabbarun. Sedangkan menurut
Ar-Razi, Al-Jabbar adalah “sifat
untuk sesuatu yang tinggi dan tak terjangkau”. Misalnya: pohon kurma yang
menjulang dan ujungnya tak terjangkau, dinamai nakhlah jabbarah.
Allah Al-Jabbar
Al-jabbar adalah
salah satu nama nama Allah. Dengan sifat ini, Allah adalah Azat Yang Maha
Kuasa, Maha Memaksa, yang kehendak-Nya tak dapat diingkari oleh siapa pun.
Sifat ini ditegaskan Allah dalam firman-Nya:
“Dialah Allah yang
tiada Tuhan (Yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha
Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang maha
Perkasa, Yang Maha Kuasa”.
Allah berkuasa menjadikan orang-orang yang lemah, miskin,
teraniaya, berduka dan yang sakit, menjadi semakin sengsara. Sebaliknya, Dia
juga kuasa memberikan kekayaan kepada orang-orang miskin, membebaskan
orang-orang yang teraniaya, menyembuhkan orang sakit, dan sebagainya.
Imam Al Ghazali berkata, “semua kehendak-Nya terhadap
Individu makhluk-Nya, berlaku tanpa terhalangi oleh kehendak yang lain. Tak
seorangpun dapat terlepas dari kekuasaan-Nya. Tanpa pertolongan-Nya, semua
kekuatan menjadi tak berarti”.
Dzat Allah tak bisa terjangkau oleh akal pikiran dan
penginderaan semua makhluk. Cahaya keagungan-Nya tidak dapat digapai oleh pengetahuan
semua manusia. Dia adalah Yang maha Tinggi sehingga memaksa yang rendah untuk
tunduk kepada yang dikehendaki-Nya. Kalau pun ada yang berusaha menjangkau
ketinggian-Nya, maka Dia akan memaksanya sehingga semua bertekuk di
hadapan-Nya.
“Dan tunduklah semua
muka (dengan berendah diri) Kepada Tuhan Yang Hidup Kekal lagi senantiasa
mengurus(makhluk-Nya). Dan sesungguhnya telah merugilah orang yang melakukan
kezaliman”.
Banyak sekali nash
yang menunjukan keluhuran Allah atas hamba-hamba-Nya. Dia Yang Maha Suci
bersemayam di atas Arsy, yang jauh
dari jangkauan makhluk-Nya. Dia Yang Maha Suci bersemayam di atas Arsy, yang jauh dari jangkauan
makhluk-Nya. Semua makhluk tunduk pada kekuasaan-Nya. Jika Dia memerintah
sesuatu, maka sesuatu itu akan terjadi, seperti yang Dia kehendaki.
“Sesungguhnya
urusan-Nya, apabila Dia menghendaki sesuatu, hanyalahberkata kepadanya,
‘Jadilah!’ Maka terjadilah ia”.
Jika sifat ini dikaitkan pada makhluk, maka akan memunculkan
makna yang berkonotasi negatis, jelek, dan tercela. Manusia disebut Jabbar jika berlagak congkak,
sewenang-wenang, tidak rendah hati dan tidak mau tunduk pada siapa pun. Hal ini
seperti yang ditegaskan Allah dalam firman-Nya:
“Mereka berkata ‘Hai
Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa”.
Dalam ayat laindisebutkan: ”Dan itulah (kisah) kaum Ad
yang mengingkari tanda-tanda kekuasaan tuhan mereka, dan mendurhakai rasul
–rasul Allah dan mereka Menuruti perintah semua pengusa yangsewenang-wenang
lagi menentang (kebenaran)”.
Allah Swt mencela makhluk-Nya yang angkuh dan sombong. Sebab
hanya Dia lah yang pantas menyombongkan diri.
Dalam hadits Qudsi, Allah berfirman: “Kemuliaan adalah pakaian-Ku, Keangkuhan adalah selendang-Ku, siapa
yang mencoba merebutnya dari-Ku akan Ku-siksa”.
Karena Allah adalah Al-Jabbar,
maka tiada lain bagi manusia untuk selalu mentaati segala kehendak-Nya.
Allah memang berhendak atas segala sesuatu yang tidak mungkin bisa di tolerir
oleh seluruh makhluk. Sebab Allah lah yang menciptakan seluruh makhluk, segala alam
beserta isinya. Dengan kehendak-Nya pula, suatu saat nanti Dia akan
meluluhlantakan jagat raya ini.
Sumber : Asma'ul Husna, For Succes in Business & Life (Dr.Muhammad Syafii Antonio, M.Ec)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar