Makna Kebahasaan Al-Mutakabbir
Akar kata ini adalah Al-Kibr yang
berarti “Keagungan”. Bukan dai kata al
kibar yang berarti: “masa tua” atau “menginjak masa lanjut”.
Huruf ta dalam asma Al-Mutakabbir menunjuk pada pengertian “kemandirian-Nya dan
kelebihan-Nya untuk menyandang sifat tersebut” Bukan ta yang menunjuk arti “saling”.
Allah Al-Mutakabbir
Allah Al-Mutabbir adalah Dzat Yang mengenakan
sifat keagungan dan menampakkan sifat tersebut kepada selain-Nya. Dialah Dzat
pemilik kesombongan atau kebanggaan pada perbuatan sendiri. Sifat ini hanya
dimiliki Allah, karena hanya Dialah yang berhak untuk menyombongkan diri kepada
segenap makhluk-Nya.
“Dialah Allah Yang
tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha
Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha
Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala keagungan, Maha Suci Allah dari
apa yang mereka persekutuan”.
Iman Al Ghazali mengatakan bahwa Al-Mutakabbir adalah Dzat Allah yang
memandang selain-Nya hina dan rendah – sebagaimana pandangan raja kepada hamba
sahayanya – serta merasa bahwa keagungan dan kebesaran hanya milik-Nya.
“Maha Suci Dzat Yang mempunyai kekuatan,
kekuasaan, kebesaran, dan keagungan”.
Semakin jelaslah bahwa kesombongan itu
hanya patut ditujukan oleh Allah. Sedangkan manusia, sama sekali tidak memiliki
alasan untuk menyombingkan diri.
“Bukankah
dalam neraka jahanam itu ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri”.
“Sesungguhnya
orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada
mereka, tidak ada dalam dada mereka kecuali keinginan akan kebesaran yang
mereka kecuali keinginan akan kebesaran yang mereka sekali-kali tiada
mencapainya”.
“Demikianlah Allah mengunci mata hati orang yang sombong dan
sewenang-wenang”.
Demikianlah nash-nash
yang menegaskan betapa terlarangnya bersikap sombong.
Sumber : Asma'ul Husna, For Succes in Business & Life
(Dr.Muhammad Syafii Antonio, M.Ec)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar