pinterest
AL-MUHAIMIN
Yang Maha Memelihara
Kata “Al-Muhaimin” ditemukan dalam 2 ayat Al-Qur’an. Ayat
pertama mengandung makna sebagai “sifat Allah”, sedangkan satu lagi menunjuk
pada sifat Al-Qur’an.
Makna Kebahasaan
Al-Muhaimin
Kata Al-Muhaimin berasal
dari haimana – yuhaiminu, artinya “memelihara”, “menjaga”, “mengawasi”, dan
“menjadi saksi terhadap sesuatu”. Sebagian ahli bahasa berpendapat bahwa kata
ini sama dengan kata Al-Mu’min,
karena asal kata Al-Muhaimin menurut
mereka adalah Al-Muhaimin.
Allah Al-Muhaimin
Allah telah mengenalkan diri-Nya kepada kita bahwa Dia
adalah Dzat Yang Maha Memelihara.
“Dialah Allah Yang
tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha
Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara”.
Allah bukan hanya Pencipta alam semesta ini, namun juga
memelihara-nya dari kehancuran atau kebinasaan. Pemeliharaan yang dilakukan
oleh Allah, berbeda dengan pemeliharaan ala manusia. Pemeliharaan yang
dilakukan manusia bersifat terbatas, karena manusia sendiri serba terbatas.
Sedangkan pemeliharaan Allah atas makhluk-Nya bersifat tetap dan tiada
terbatas.
Berdasarkan makna ini, Allah selalu melihat dan mengetahui
segala hal tentang makhluk-Nya, tanpa ada yang tertutupi. Firman-Nya:
“Kamu tidak berada pada
suatu keadaan, tidak membaca satu ayat dari Al-Qur’an dan tidak melakukan suatu
pekerjaan melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya”.
Dengan sifat ini, Allah menaungi hamba-Nya dari segala
keadaan. Allah menjamin rezeki semua makhluk-Nya yang ada di muka Bumi. Allah
pun telah mengirim para rasul yang membawa petunjuk agar kelangsungan hidup
manusia berjalan dengan baik.
Sungguh, manusia tidak sepenuhnya berkuasa atas dirinya.
Saat tertidur, misalnya, ia tak bisa mengendalikan dan mengawasi dirinya.
Tetapi Allah lah yang menjaganya, sehingga, alat pernafasan, sistem peredaran
darah, serta organ organ-organ tubuh kita tetap berfungsi sebagaimana mestinya.
Inilah salah satu bentuk pemeliharaan Allah atas
makhluk-Nya. Suatu pemeliharaan yang agung, tak mungkin ditandingi oleh siapa
pun.
Sejalan dengan pemahaman ini, Imam Al Khatabi menafsirkan, Al-muhaimin sebagai Dzat yang
menyaksikan apa yang atau dilakukan oleh semua makhluk-Nya. Jadi, Allah
mengawasi segala sesuatu dan menjaganya.
Menurut Imam Ghazali, pemeliharaan yang dilakukan Allah atas
urusan makhluk-Nya meliputi sisi amal perbuatan, rezeki dan ajal mereka. Hal
ini berdasarkan pengetahuan, penguasaan, dan pemeliharaan-Nya. Makna Al-Muhaimin seperti ini hanya dimiliki
oleh Allah.
Berkenaan dengan itu, Imam Al Biqa’iy mengatakan, untuk
memenuhi rasa damai dan aman yang terkandung dalam kata Al-Mu’min dan As Salaam, misalnya, diperlukan
pengetahuan yang sangat mendalam menyangkut hal-hal yang bersifat tersembunyi. Itulah sebabnya kedua kata tersebut disusul
dengan sifat-Nya: Al-Muhaimin.
Al-Muhaimin juga
merupakan sifat Al-Qur’an yang berarti “ujian”, yakni; penentu benar tidaknya
ayat-ayat yang diturunkan dalm kitab-kitab terdahulu.
“Dan kami telah
turunkan kepadamu Al-Qur’an yang membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu
kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian”.
Sumber : Asma'ul Husna, For Succes in Business & Life (Dr.Muhammad Syafii Antonio, M.Ec)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar