pinterest
AL-MALIK
(Maha Raja/Yang Maha Berkuasa)
Dalam Al-Qur’an, kata “Malik” terulang sebanyak 5 kali. Dua
diantaranya dirangkaikan dengan kata “haq” dalam arti “pasti” dan “sempurna”.
Makna kebahasaan Al-Malik
Secara umum, Al-Malik diartikan sebagai “Raja” atau
“Penguasa”. Kata Malik terdiri dari huruf-huruf mim, lam dan kaf yang
rangkaiannya mengandung makna “kekuatan” dan “keshahihan”.
Allah Al-Malik
Didalam Al-Qur’an, Allah menyebut pula diri-Nya sebagai
Al-Malik, Raja Yang Maha Berkuasa (Al-Malik). Menurut Al-Ghazali Malik adlah, “Yang tidak butuh
kepada segala sesuatu yang lain. Dia-lah yang memiliki segala sesuatu
selain-Nya menjadi milik-Nya dalam dzat dan sifatnya dan membutuhkan-Nya.
Itulah Raja Yang Mutlak”.
Disini terlihat kaitan antara kerajaan dan kekayaan,
Seandainya Pemahaman ini diterapkan pada manusia, seorang pemilik, belum tentu
seorang raja . Sebaliknya, seorang raja biasanya melebihi kepemilikan pemilik
yang bukan raja.
Kekuasaan dan kerajaan Allah di dunia tidak dirasakan oleh
setiap makhluk. Tidak sedikit diantara mereka yang membangkang bahkan mengaku
sebagai Tuhan. Mengenai hal ini, seorang bijak mengingatkan, “Jika kerajaan
atau kekuasaan anda mendorong anda untuk melakukan penganiayaan, maka ketika
itu ingatlah kerajaan dan kekuasaan Allah terhadap diri anda”.
Sebagai Maha Raja, Allah berkuasa atas segala sesuatu. Dia
memberikan kerajaan bagi orang yang dikehendaki-Nya, dan mencabut kerajaan dari
orang yang dikehendaki-Nya. Sebagaimana, Dia pun berkuasa memuliakan bagi orang
yang dikehendaki-Nya, serta menghinakan orang yang dikehendaki-Nya.
“Maka maha tinggi Allah, Raja yang sebenar-benarnya”.
Selain merajai kehidupan dunia yang fana ini, kerajaan Allah
juga bersifat langgeng.
“(Yaitu) hari (ketika) mereka ke luar dari kubur; tiada
suatu pun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah. (Lalu Allah
berfirman): ‘Kepunyaan siapakah kerajaan pada malah hari ini?” Kepunyaan Allah
Yang Maha Esa Lagi Maha Mengalahkan”.
Dalam ayat yang lain, Allah pun menegaskan dirinya sebagai
Penguasa (Raja) di hari Kiamat. “Yang Menguasai pada hari Pembalasan”.
Sedangkan dalam sebuah hadits disebutkan, “Allah yang maha
mulia lagi Agung ’menggenggam’ bumi pada hari kemudian dan ‘melipat’ semua
langit dengan ‘tangan kanan-Nya; kemudian berseru; ‘Aku adalah Al-Malik/Raja,
maka dimanakah (mereka yang mengaku) Raja?”
Kenapa Allah secara tegas mengatakan dirinya sebagai
penguasa (Raja) di hari kiamat? Setidaknya ada dua alasan yang dapat
dikemukakan : Pertama, karena pada hari itu Allah menggantikan langit dan bumi
dengan langit dan bumi yang lain dan (demikian pula) mereka semuanya (di padang
mahsyar) berkumpul meng-hadap ke hadirat Allah Yang Maha Esa lagi Maha
Perkasa”.
Kedua, dalam kehidupan di dunia ini, manusia juga memiliki
sifat “memiliki” misalnya; memiliki harta benda yang melimpah atau kedudukan
yang tinggi. Tetapi, kepemilikan ini tidaklah abadi. Pada hari kiamat, semua
harta dan kedudukan itu terlepas denga sendirinya.
“Dan benarlah perkataan-Nya. Di tangan-Nyalah segala
kekuasaan di waktu sangkakala ditiup”.
Begitulah sekedar gambaran yang menegaskan betapa Maha Raja
dan Maha Berkuasanya Allah.
Sumber : Asma'ul Husna, For Succes in Business & Life (Dr.Muhammad Syafii Antonio, M.Ec)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar