pinterest
AL-QUDDUS
(Yang Maha Suci)
Dalam Al-Qur’an,
“Al-Quddus” diulang 2 kali dan keduanya menunjuk pada sifat Allah.
Makna Kebahasaan
Al-Quddus
Al-Quddus ada juga yang membacanya Al-Qaddus – merupakan
kata yang mengandung makna “kesucian”. Dengan mengacu pada makna ini,
tersebutlah sebuat nama seprti Baitul
Maqdis, Artinya: tempat yang didalamnya beberapa dosa disucikan.
Dalam kamus-kamus bahasa, kata Quddus diartikan sebagai “yang suci”, “murni” atau “yang penuh
keberkatan”. Kekudusan ini mengandung tiga aspek yakni: kebenaran, keindahan,
dan kebaikan.
Allah Al-Quddus
Allah menamai
diri-Nya sendiri dengan Al-Quddus sebagaimana
firman-Nya; “Dialah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia,
Raja, Yang Maha Suci”.
Al-Quddus adalah dzat yang suci dari segala kekurangan,
kelemahan, dari adanya isteri, anak dan sekutu. Intinya, Allah tersucikan dari
segala hal yang tidak patut bagi-Nya.
Imam Al Ghazali, mengartikan Quddus sebagai “Dia Maha Suci
dari segala sifat ‘kesempurnaan’ yang diduga oleh banyak makhluk”. Sedangkan
Imam Al Albiqa’iy memaknainya dengan “kesucian yang tidak meerima perubahan,
tidak disentuh oleh kekotoran, dan terus menerus terpuji dengan langgengnya
sifat kekudusan itu.”
Berdasarkan kedua pengertian di atas, pemaknaan sifat
Al-Quddus ini menjadi: “Dia Yang Maha Suci, Maha Indah, Maha Baik, Maha Benar
dalam zat, sifat dan perbuatannya. Keindahan, Kesucian, Kebenaran dan
Kebaikan-Nya tidak dinodai oleh sesuatu apa pun. Dia maha suci dari segala
kekurangan, kesalahan, kelemahan, kelalaian, pelupa dan sifat-sifat lain yang
dipandang cacat.”
Kesucian Allah juga jauh dari segala sifat yang dapat
dijangkau oleh indra, dikhayalkan atau diimajinasi, dan terlintas dalam nurani
atau pikiran. Namun Rasulullah Saw biasa melantunkan wirid yang secara khusus
menegaskan sifat Al-Quddus ini. Wirid itu adalah, “Maha suci, dan Maha Murni
Allah, Tuhan kami kami, Tuhannya para malaikat dan para ruh”.
Dengan kesucian yang dimilik-Nya itu, dzat, sifat, nama,
firman, perbuatan, dan keadilan-Nya bebas dari kebutuhan. Kesucian-Nya bersifat
kekal, tidak terikat ruang dan waktu.
Kesucian Allah diagungkan oleh seluruh-Nya. Allah berfirman:
“senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi. Raja, Yang Maha Suci, Yang maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
Begitulah antara lain mengenai gambaran dari kesucian Allah.
Sumber : Asma'ul Husna, For Succes in Business & Life (Dr.Muhammad Syafii Antonio, M.Ec)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar