Selasa, 18 Oktober 2016

mengenal Asma Allah Al-Quddus

pinterest

AL-QUDDUS
(Yang Maha Suci)
Dalam Al-Qur’an, “Al-Quddus” diulang 2 kali dan keduanya menunjuk pada sifat  Allah.

Makna Kebahasaan Al-Quddus

Al-Quddus ada juga yang membacanya Al-Qaddus – merupakan kata yang mengandung makna “kesucian”. Dengan mengacu pada makna ini, tersebutlah sebuat nama seprti Baitul Maqdis, Artinya: tempat yang didalamnya beberapa dosa disucikan.

Dalam kamus-kamus bahasa, kata Quddus diartikan sebagai “yang suci”, “murni” atau “yang penuh keberkatan”. Kekudusan ini mengandung tiga aspek yakni: kebenaran, keindahan, dan kebaikan.

Allah Al-Quddus

Allah menamai  diri-Nya sendiri dengan Al-Quddus sebagaimana firman-Nya; “Dialah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci”.

Al-Quddus adalah dzat yang suci dari segala kekurangan, kelemahan, dari adanya isteri, anak dan sekutu. Intinya, Allah tersucikan dari segala hal yang tidak patut bagi-Nya.

Imam Al Ghazali, mengartikan Quddus sebagai “Dia Maha Suci dari segala sifat ‘kesempurnaan’ yang diduga oleh banyak makhluk”. Sedangkan Imam Al Albiqa’iy memaknainya dengan “kesucian yang tidak meerima perubahan, tidak disentuh oleh kekotoran, dan terus menerus terpuji dengan langgengnya sifat kekudusan itu.”

Berdasarkan kedua pengertian di atas, pemaknaan sifat Al-Quddus ini menjadi: “Dia Yang Maha Suci, Maha Indah, Maha Baik, Maha Benar dalam zat, sifat dan perbuatannya. Keindahan, Kesucian, Kebenaran dan Kebaikan-Nya tidak dinodai oleh sesuatu apa pun. Dia maha suci dari segala kekurangan, kesalahan, kelemahan, kelalaian, pelupa dan sifat-sifat lain yang dipandang cacat.”

Kesucian Allah juga jauh dari segala sifat yang dapat dijangkau oleh indra, dikhayalkan atau diimajinasi, dan terlintas dalam nurani atau pikiran. Namun Rasulullah Saw biasa melantunkan wirid yang secara khusus menegaskan sifat Al-Quddus ini. Wirid itu adalah, “Maha suci, dan Maha Murni Allah, Tuhan kami kami, Tuhannya para malaikat dan para ruh”.

Dengan kesucian yang dimilik-Nya itu, dzat, sifat, nama, firman, perbuatan, dan keadilan-Nya bebas dari kebutuhan. Kesucian-Nya bersifat kekal, tidak terikat ruang dan waktu.

Kesucian Allah diagungkan oleh seluruh-Nya. Allah berfirman: “senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Raja, Yang Maha Suci, Yang maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.

Begitulah antara lain mengenai gambaran dari kesucian Allah.


Sumber : Asma'ul Husna, For Succes in Business & Life (Dr.Muhammad Syafii Antonio, M.Ec)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar