pinterest
AL-MU’MIN
(Yang Memberi Keamanan)
Kata “Al-Mu’min”
diulang penyebutannya dalam Al-Qur’an hingga 22 kali. Tetapi Cuma 1 kali yang
merupakan sifat-Nya, yaitu dalam surat Al-Hasyr : 23.
Makna kebahasaan
Al-Mu’min
Dalam bahasa Arab, kata Al-Mu’min memiliki dua arti, yakni
“aman” dan “pembenaran”. Makna “aman” diambil dari kata al-aman, artinya “keamanan”. Seperti dalam contoh: Amana Fulanun Fulanan, artinya; si Fulan
memberi rasa aman kepada si Fulan yang lain. Lawan kata rasa “aman” itu adalah al khauf, yakni “rasa takut”.
Allah Al-Mu’min
Allah telah menjelaskan bahwa diri-Nya adalah Zat yang
Mu’min, yakni “Pemberi Keamanan”. Dia pelindung bagi orang-orang yang meminta
perlindungan kepada-Nya. Al-Qur’an menegaskan; ” Dialah Allah yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia,
Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang mengaruniakan Keamanan”.
Dengan sifat ini, Allah adalah pemberi rasa aman dan
ketenangan dalam hati manusia. Allah menegaskan hal ini dalam firman-Nya;
“Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin
supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada)”.
Manusia, secara pribadi atau kelompok, akan selalu berusaha
memperoleh rasa aman dengan cara yang berbeda-beda. Padahal, hakikat rasa aman
itu sebenarnya hanya dari Allah. Pasalnya, Allah Swt adalah tempat berlindung
para hamba dari rasa takut.
“Dan Dia memberikan
keamanan pada mereka dari ketakutan”
Salah satu rasa aman yang diberikan Allah kepada hamba-Nya
adalah rasa aman dari siksa dunia dan akhirat.
“Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami adlah Allah; kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan
mengatakan), ‘Janganlah kamu merasa takut sedih, dan bergembiralah kamu dengan
(memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.
Sedangkan makna Al-Mu’min sebagai “pembenaran” seperti
dijelaskan oleh imam Az Zujaji dan Asy Syanqithi, terkait dengan iman. Iman
dalam setiap definisinya selalu mengacu ke substansi makna “pembenaran”, atau
setidaknya “yang mendekati” atau “yang berkaitan dengannya”. Yakni “pembenaran”
terhadap Allah dalam keimanan hamba-hamba-Nya. Hal ini mengantarkan diterimanya
imam mereka serta tercurahnya ganjaran kepada mereka.
Dengan sifat Al-Mu’min, sebagaimana dinyatakan oleh Imam Al
Qurthubi, akhirnya Allah pun (kelak -pen) membenarkan keimanan orang-orang
mukmin serta curahan ganjaran yang dijanjikan-Nya. Termasuk membenarkan orang
kafir yang diancam dengan siksa neraka yang juga dijanjikan-Nya.
Sumber : Asma'ul Husna, For Succes in Business & Life (Dr.Muhammad Syafii Antonio, M.Ec)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar